Memulai kembali kadang menjadi sesuatu yang sulit. Padahal yang perlu aku lakukan adalah hanya 'memulai'. Sama seperti saat membuat tulisan ini. Seharusnya aku hanya perlu bangun, membuka laptopku dan mulai menulis. Atau sekedar mengambil bukuku di atas rak dan mulai menulis. Tapi memulai selalu terasa 'sedikit' lebih sulit.
Setelah meninggalkan 'kebutuhan akan menyalurkan kata-kata' yang biasanya aku salurkan lewat tulisan, sepertinya hidupku hilang keseimbangannya. Karena katanya wanita itu memang perlu menyalurkan 20.000. Bisa dibayangkan kalau kebutuhan itu tidak terpenuhi? Bahaya!
Kadang banyak orang yang bilang aku pendiam. Tidak juga sebenarnya. Aku cerewet dan bawel, tapi kadang lewat tulisan. Dan bahkan kebiasaan itu sudah aku lakukan sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Mengoleksi buku diary adalah hobiku. Tidak hanya sekedar mengoleksi buku, tapi aku juga benar-benar menulis di dalamnya.
Sejak muncul beragam platform seperti blog dsb, aku mulai menulis di blog pribadi, di facebook, di instagram, di twetter, di tumblr, dan sebagainya. Dan rutinitas itu benar-benar mengobatiku dari segala depresi, overthinking dan oversharing kepada orang yang kurang tepat. Atau bisa disebut menulis telah menyelamatkan hidupku dari pelarian yang berbahaya.
Sekian tahun vakum menulis. Tepatnya setelah disibukkan dengan pekerjaan, urusan rumah tangga, hamil, melahirkan, mengurus anak, bergelut dengan GTM dan masih banyak lagi lika-liku yang kadang membuat kepala seperti akan meledak.
Walau hari-hari itu terasa waz wuz was wuz seperti roller coaster, tetap Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah. Allah SWT Maha Baik senantiasa memberikan kesehatan kepadaku dan keluargaku, tempat tinggal yang nyaman, kelapangan rizki dan hati yang tenang. Puncak kenikmatan hidup ketika kita bersyukur kan ya? Semoga kita senantiasa menjadi orang yang dilipahi rasa syukur dan dijauhkan dari sifat kufur.
Dalam segala pergelutan batin (karena hidup memang tidak selalu baik-baik saja), aku mulai menyadari apa yang aku butuhkan. Salah duanya adalah kebutuhan akan menyalurkan kata-kata, dan kebutuhan akan waktu luang. Karenanya aku memutuskan untuk bisa konsisten menulis kembali. Bisa jadi menulis adalah salah satu hal yang akan menyelamatkanku dari terucapnya kata-kata yang dapat menyakiti hati manusia lain.
Bismillah, mari niatkan rutinitas menulis ini sebagai saranya berbagi pengalaman dan sebagai bentuk refleksi diri.
Komentar
Posting Komentar